Bel Istirahat pertama berbunyi. Anak-anak segera menyerbu kantin,begitu juga denganku dan aku segera duduk di pojok kantin berharap tidak ada yang dapat melihat dan menggangguku, Tapi dugaanku ternyata salah.
“Hei,
minggir dari sana, ini tempatku! Kamu tidak mengenalku? Kalau mengerti cepat
minggir!”
Glek! Mendengar diusir oleh Alexandro Kevin yang biasa disebut Kevin, anak yang paling ditakuti disekolah karena
selalu membuat onar dari kelas 2-3, Ntah aku yang biasanya tidak ingin mendapat
masalah ini mendapat kekuatan darimana mengumpatkan kata-kata padanya.
“Hah?
Ini tempatmu? Nggak salah ngomong kamu?Seharusnya aku yang mengatakan itu
padamu karena aku duluan yang berada ditempat ini!”
“Oohh..jadi kamu berani menentangku?
Sepertinya kamu harus mendapat hukuman karena berani menentangku” sindir Kevin
padaku dengan nada sinis
‘’Apa?
Hukuman?! Hukuman apa?”
“Kamu
harus menuruti semua perintahku kalau tidak…
DEG!‘’Apa
sih yang barusan aku katakan, bodohnya aku” umpatku dalam hati ketika aku tersadar dengan
tingkahku dan berharap dapat menarik ucapan itu.
“Hei,
kenapa diam saja?Baru sadar kamu berhadapan dengan siapa? ”
“Ma..ma..
Maafkan aku dan tolong jangan hukum aku dan tolong bebaskan aku, aku berjanji
tidak akan membuat masalah denganmu” Jawabku dengan nada tergagap dan ketakutan
“Membebaskanmu?”
katanya sambil menyerngitkan alisnya
“ Boleh
saja setelah kamu menuruti semua perintahku sampai aku memutuskan untuk
membebaskanmu. Jadi siapa namamu dan kelas berapa kamu?” katanya lagi
“Novita
Angelica, biasa dipanggil Angel dari kelas 2-1” Jawabku pasrah
Lalu
disaat itulah aku menjadi korban bully si Kevin walau pembullyannya bukan
kekerasan fisik tetapi mental yaitu disuruh-suruh membawakan atau membelikan
ini itu yang terkadang membuat pikiran dan hatiku kesal bukan main karena
kemauannya yang semena-mena itu.
Aku
selalu menceritakan segala hal pada sahabat yang sekelas denganku dan orang
yang pernah ku sukai ini, Evan Christofer atau yang biasa disebut Evan. Ntah
mengapa aku bisa menyukainya padahal dia keras kepala, mungkin karena selalu
mengerti diriku. Tetapi, waktu aku menyatakan perasaanku padanya aku ditolak
karena dia mempunyai alasan kuat yang tidak diberitahukan padaku dan akhirnya
aku melupakan cintaku ini dan menganggapnya sahabat saja.
“Argh.. rasanya aku ingin pergi saja dari dunia ini!” umpatku pada Evan
“Kenapa?
Gara-gara Kevin? Aku sudah mendengarnya dari anak basket. Perlu aku turun tangan?”
“Jangan!
Nanti malah terjadi keributan dan kamu mendapat skors dari kepala sekolah”
Kataku dengan cepat
“Baiklah, Tapi kamu tenang
saja, kalau butuh apapun aku akan selalu menolongmu seperti selama ini”
“Terima
Kasih, Van” Kataku sambil tersenyum mendengar kata-katanya yang menguatkanku.
“Oh iya,
sudah dengar belum? Kevin kecelakaan saat mengendarai motor” ucap Evan padaku.
“Hah?
Serius kamu? Nggak bercanda kan? Dimana dia sekarang?“ Tanyaku dengan nada khawatir.
“Seriuslah
ngapain juga bohongin sahabat sendiri, dia sekarang lagi di Rumah Sakit.
Mungkin karena dia telah membullymu makanya dia mendapatkan hukumannya, memang
sudah sepantasnya ia mendapatkan itu. Oh iya, kamu mau jenguk dia pulang
sekolah? Mau bareng? Biar dia nggak macem-macem sama kamu ”
“Hush
jangan ngomong begitu, kan kasihan walau memang benar ia mendapatkan hukuman
tapi setidaknya jangan berkata begitu. Haha ada-ada aja kamu masa orang sakit
bisa macem-macem. Ya sudah aku bareng sama kamu ya” kataku pada Evan
“Ok deh,
Siap ngel!” katanya sambil mengedipkan mata kanan nya padaku dan aku hanya
tertawa geli melihat tingkah lakunya itu.
Aku
dan Evan datang ke RS tempat Kevin dirawat.Ku lihat Kevin terbaring disana ga
sadarkan diri.Aku berkata pada Evan agar dia pulang duluan karena aku ingin
merawatnya karena bagaimanapun aku kasihan padanya dan Evanpun mengiyakan lalu
pamit dan meninggalkanku disini. Setiap hari aku datang ke RS untuk merawat
Kevin dan akhirnya dia sudah sadar dari komanya.
“Hai,
gimana keadaanmu sekarang?Sudah lumayan?” Tanyaku dengan nada cemas.
“Aku
dimana? RS? Sejak kapan kamu disini?Ngapain?“ Seribu pertanyaan ditanyakan
Kevin padaku.
“Pelan-pelan
dong tanyanya.Kamu di RS. Barusan kok, Aku selalu ngerawat kamu disini berharap
kamu cepetan sadar “
DEG!“Perasaan apa ini?Apakah aku menyukainya?
Sepertinya iya” batin Kevin
“ Ya
sudah karena kamu sudah sadar aku pamit pulang ya, Bye vin ”
“Ya,
hati-hati”
Sesampainya
dirumah, aku segera menelpon Evan karena ingin memberitahu kabar bahwa Kevin
sudah sadar dari komanya.
“Evan!!!”
ucapku dengan nada senang.
“Ada apa
nih? Barusan dapat hadiah?” katanya dengan nada bergurau.
“Nggak,
Kevin sudah sadar dari komanya, kamu mau jenguk dia?”
“Boleh,
besok pulang sekolah ya kayak biasa”
“Oke bos
evan!” kataku dengan nada dibuat-buat
dan akhirnya kami berdua tertawa geli.
Pulang
sekolah kami segera ke RS. Evan mengatakan bahwa ada hal yang ingin dia katakan
pada Kevin sehingga aku harus menunggunya sebentar dan aku mengiyakan dan Evan
pun masuk.
“Hai
vin, udah baikan? Angel didepan tapi aku mau ngomong sama kamu”.
“Ya
beginilah, ada apa? Katakan saja”
“Aku
tahu kamu menyukai Angel kan? Akupun tahu Angel juga menyukaimu sekali lihatpun
aku tahu bahwa kalian saling menyukai. Aku ingin kau menjaga Angel karena
sebenarnya dia udah nggak punya orangtua karena kecelakaan mobil saat dia masih
SMP dan dia menutup dirinya sendiri menjadi pendiam dan cuek dan walau dia
tertawa di depan orang sebenarnya itu hanya untuk membohongi orang lain. Dia
udah cukup terluka karena membohongi dirinya sendiri ”
“Ya, aku
menyukai Angel. Ha? Kenapa ucapanmu seperti orang yang akan meninggal saja? Ya
aku menyukai angel” jawab Kevin tanpa ragu lalu nadanya berubah menjadi
penasaran
“Ya,
karena aku mengidap penyakit kanker tumor otak stadium akhir dan harus
dioperasi tetapi aku tidak mau”
“Hah?
Serius?Nggak nyangka kamu keras kepala banget ya. Operasi dong! Nggak kasihan
sama Angel?” bentak Kevin pada Evan
“Untuk
apa? Kecil kemungkinan aku sembuh dan aku sudah puas karena aku memiliki
sahabat seperti Angel dan aku sudah menganggapmu seperti sahabatku juga, jadi
mau kah kau berjanji padaku hal itu?”
Aku yang penasaran dari tadi
menguping dan syok saat mendengar kata-kata Evan kepada Kevin. Aku segera masuk
dan menampar pipi Evan dan Evan terkapar jatuh di atas lantai. Evan dan Kevin
pun seketika terkejut.
“Sekecilnya
harapan setidaknya patut dicoba bukan?! Kamu juga nggak pernah cerita padaku! Apakah itu yang dinamakan sahabat?!” amarahku meluap begitu saja kepada Evan.
“Maafkan
aku ngel, aku tidak ingin membebanimu dengan masalahku. Oh iya, kamu juga pasti
sudah dengar kalau Kevin menyukaimu jadi apa jawabanmu ngel?” tanya Evan padaku
“Eh? A..
Aku.. Aku juga menyukai Kevin” jawabku dengan wajah memerah karena malu
“Kamu
dengar vin? Maukah kamu berjanji padaku tentang hal yang tadi?”
“Ya aku
dengar. Jadi aku dan angel resmi berpacaran. Janji? Tapi kamu juga harus
berjanji pada kami berdua agar mau dioperasi” kata Kevin mantab
* To Be Continue*
0 comments:
Post a Comment